Awalnya saya hanya ingin baca-baca artikel dengan topik 'Islam dan Nalar' di situs-situs yang tersebar banyak di internet. Karena pikiran saya mengatakan bahwa semua yang Allah tuliskan didalam Al Quran dan Sunnah Rosul itu sepertinya bisa di nalar semua.
Misal, sholat itu wajib. Kenapa sholat itu wajib, pasti ada alasannya. Nah, alasan pertama lewat nalar saya adalah sholat sebagai pengganti olahraga. Nggak kebayangkan kalau kita nggak pernah olahraga atau pekerjaan sehari hanya duduk di depan layar komputer. Tanpa olahraga tubuh kita menjadi kaku dan mudah terkena kejang otot, maka itu kenapa sholat itu wajib.
Selain itu, sholat sebagai ungkapan syukur. Coba kita pikir sekarang. Tanpa Allah memberikan roh dan kesehatan kepada kita, kita tidak akan bisa hidup bebas bergerak selama ini. Sholat kita nalar sebagai ungkapan bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita, entah itu rezeki yang berupa harta, kesehatan, keahlian, anak, kedudukan, dan rezeki-rezeki lainnya.
"Lho, kita mudah kok mengucap kata hamdallah sebagai tanda bersyukur."
Coba sekarang kita ingat kembali. Ketika anda menikah pasti ada hal atau sesuatu yang harus anda upayakan, yaitu berupa perbuatan. Masa ada, wanita yang baru anda kenal terus anda katakan ke dia bahwa anda ingin mengajak dia nikah. Ditolak atau diterima? Diterima, karena mungkin anda adalah publik figur terkenal, misal artis, gubernur, atlet, atau lainnya. Tapi saya yakin bahwa anda bisa terkenal pasti melakukan sesuatu lewat perbuatan, misal audisi, iya kan? Mengaku saja.
Nah, sekarang bagi anda yang tidak populer atau terkenal. Nggak mungkin kan langsung diterima? Anda pasti butuh proses yang namanya PDKT (pendekatan). Pertama, tanya nama > 2. Minta nomor hp > 3. Mengajak makan berdua > 4. Membeli bunga atau hadiah lainnya > 5. Memberanikan diri bertemu calon mertua > terakhir, sampai akhirnya kalian berdua menikah. Nah itu semua butuh yang namanya perbuatan juga kan, tidak hanya lewat bicara saja.
Oke, kita kembali bahwa rasa bersyukur tidak hanya dilakukan dengan kata hamdallah saja. Kita juga harus melakukan suatu perbuatan juga, yaitu Sholat. Maka itu, tidak cukup dengan ucapan saja. Bahkan ada kalimat populer mengatakan bahwa, 'Jangan omong doang, buktinya apa?' Buktinya pasti berasal dari perbuatan yang kemudian menghasilkan sesuatu yang dapat membuktikan perkataan anda sebelumnya, misal piala lomba melukis. Melukis pasti menggunakan tangan yang kita gerakkan. Itu bukti bahwa anda melakukan perbuatan.
"Kalau lomba debat kan hanya menang bicara, yang penting argumen yang kita katakan tidak terpatahkan oleh lawan kita juara. Tuh nggak ada perbuatannya?"
Ada yang berpikiran dan berpendapat seperti itu? Jika ada. Oke, sekarang saya ingin bertanya, apa yang anda persiapkan sebelum lomba?
"Melihat berita televisi, mendengar radio atau masukkan dari, membaca buku sesuai tema debat. Sudah itu saja."
Yakin itu saja? Nggak menulis? Menulis sebagai sarana menghafal atau menyalin poin-poin penting. Pasti membuatkan?
"NOT RESPONDING"
Maka itu, semua pasti membutuhkan sebuah perbuatan sebagai penyeimbang ucapan-ucapan yang telah kita lontarkan. Mau kalau dibilang, 'Omong kosong!'. Makanya hati-hati saat bicara. 'Mulutmu Harimaumu'.
Jadi, sholat tetap dilakukan sebagai penyeimbang ucapan hamdallah.
Dan nalar lainnya dari sholat.
Oke masuk ke topik kembali.
Nah pas serching, eh malah ketemu satu komentar yang menurut saya logis dan cara menyampaikannya juga baik, sehingga dapat diterima dengan mudah oleh akal saya.
Komentar ini ditulis oleh mbak Tia Andari pada salah satu artikel Islamlib.com yang berjudul 'Setan dan Nalar Konspirasi Kaum Islamis' (apabila belum dirubah url dan judulnya).
Penasaran? Berikut isi komentarnya :
Manusia yang selalu menyalahkan setan atas setiap dosanya, sebenarnya belum memahami hakiki dirinya sendiri.
Manusia itu memiliki 4 musuh dalam hidupnya:
1. Hawa nafsu
2. Setan
3. Dunia
4. Manusia
Jadi, tidak ada yang mengatakan manusia itu bersih dari salah. Manusia malah tempatnya salah, karena di dalam dirinya ada nafsu yang mengajak kepada keburukan.
“Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (Al Quran, Surat : Yusuf, Ayat : 53)
Setan hanya membisikkan keburukan, bukan menjadi aktor yang membuat seseorang melakukan kesalahan.
Nabi Muhammad SAW diciptakan ALLAH SWT sebagai penyampai pesan saja, beliau tidak bertanggung jawab dalam konteks hidayah. Begitu juga setan, setan diciptakan untuk mengajak ke arah keburukan, hasil akhir kesesatan adalah tanggung jawab manusia itu sendiri.
Manusia yang belum bisa menguasai hawa nafsu, besar kesempatan untuk terjerumus ke arah bisikan setan. Karena setan akan membuat yang buruk menjadi indah di mata manusia. Tapi hanya manusia yang bisa menguasai hawa nafsunya, tak akan ada celah setan menguasainya.
Dunia dianggap musuh manusia karena dunia dan seisinya dianggap perhiasan. Manusia yang tidak bisa menguasai hawa nafsu akan menganggap dunia itu hijau dan mengagumkan. Makanya banyak manusia yang mati-matian terus mengejar dunia dan melalaikan akhiratnya. Namun bagi orang-orang mukmin, dunia adalah penjara.
Musuh terakhir adalah manusia. Manusia yang sudah dikuasai 3 hal tadi, sifatnya malah akan lebih jahat daripada setan, yang dapat membahayakan manusia lain karena mengajak manusia lain mengikuti perilaku jahatnya.
Islam tidak menjadikan setan satu-satunya makhluk yang bertanggung jawab atas perilaku dosa-dosa mereka.
Tapi, banyak manusia yang tidak tahu siapa yang harus disalahkan atas dosa mereka, yaitu hawa nafsu yang ada dalam diri mereka sendiri.
Setelah anda selesai membaca sebuah komentar nalar mbak Tia Andari yang masuk akal, sekarang saya mau bertanya kepada anda : Jadi, siapa yang harus disalahkan sekarang. Setan? Tuhan? Orang yang anda benci? Atau Diri anda sendiri yang selalu merasa benar?
Semoga bermanfaat. Sekian dari saya. Akhir kata, salam Ngeblog Asyikk \^o^/
Misal, sholat itu wajib. Kenapa sholat itu wajib, pasti ada alasannya. Nah, alasan pertama lewat nalar saya adalah sholat sebagai pengganti olahraga. Nggak kebayangkan kalau kita nggak pernah olahraga atau pekerjaan sehari hanya duduk di depan layar komputer. Tanpa olahraga tubuh kita menjadi kaku dan mudah terkena kejang otot, maka itu kenapa sholat itu wajib.
Selain itu, sholat sebagai ungkapan syukur. Coba kita pikir sekarang. Tanpa Allah memberikan roh dan kesehatan kepada kita, kita tidak akan bisa hidup bebas bergerak selama ini. Sholat kita nalar sebagai ungkapan bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita, entah itu rezeki yang berupa harta, kesehatan, keahlian, anak, kedudukan, dan rezeki-rezeki lainnya.
"Lho, kita mudah kok mengucap kata hamdallah sebagai tanda bersyukur."
Coba sekarang kita ingat kembali. Ketika anda menikah pasti ada hal atau sesuatu yang harus anda upayakan, yaitu berupa perbuatan. Masa ada, wanita yang baru anda kenal terus anda katakan ke dia bahwa anda ingin mengajak dia nikah. Ditolak atau diterima? Diterima, karena mungkin anda adalah publik figur terkenal, misal artis, gubernur, atlet, atau lainnya. Tapi saya yakin bahwa anda bisa terkenal pasti melakukan sesuatu lewat perbuatan, misal audisi, iya kan? Mengaku saja.
Nah, sekarang bagi anda yang tidak populer atau terkenal. Nggak mungkin kan langsung diterima? Anda pasti butuh proses yang namanya PDKT (pendekatan). Pertama, tanya nama > 2. Minta nomor hp > 3. Mengajak makan berdua > 4. Membeli bunga atau hadiah lainnya > 5. Memberanikan diri bertemu calon mertua > terakhir, sampai akhirnya kalian berdua menikah. Nah itu semua butuh yang namanya perbuatan juga kan, tidak hanya lewat bicara saja.
Oke, kita kembali bahwa rasa bersyukur tidak hanya dilakukan dengan kata hamdallah saja. Kita juga harus melakukan suatu perbuatan juga, yaitu Sholat. Maka itu, tidak cukup dengan ucapan saja. Bahkan ada kalimat populer mengatakan bahwa, 'Jangan omong doang, buktinya apa?' Buktinya pasti berasal dari perbuatan yang kemudian menghasilkan sesuatu yang dapat membuktikan perkataan anda sebelumnya, misal piala lomba melukis. Melukis pasti menggunakan tangan yang kita gerakkan. Itu bukti bahwa anda melakukan perbuatan.
"Kalau lomba debat kan hanya menang bicara, yang penting argumen yang kita katakan tidak terpatahkan oleh lawan kita juara. Tuh nggak ada perbuatannya?"
Ada yang berpikiran dan berpendapat seperti itu? Jika ada. Oke, sekarang saya ingin bertanya, apa yang anda persiapkan sebelum lomba?
"Melihat berita televisi, mendengar radio atau masukkan dari, membaca buku sesuai tema debat. Sudah itu saja."
Yakin itu saja? Nggak menulis? Menulis sebagai sarana menghafal atau menyalin poin-poin penting. Pasti membuatkan?
"NOT RESPONDING"
Maka itu, semua pasti membutuhkan sebuah perbuatan sebagai penyeimbang ucapan-ucapan yang telah kita lontarkan. Mau kalau dibilang, 'Omong kosong!'. Makanya hati-hati saat bicara. 'Mulutmu Harimaumu'.
Jadi, sholat tetap dilakukan sebagai penyeimbang ucapan hamdallah.
Dan nalar lainnya dari sholat.
Oke masuk ke topik kembali.
Nah pas serching, eh malah ketemu satu komentar yang menurut saya logis dan cara menyampaikannya juga baik, sehingga dapat diterima dengan mudah oleh akal saya.
Komentar ini ditulis oleh mbak Tia Andari pada salah satu artikel Islamlib.com yang berjudul 'Setan dan Nalar Konspirasi Kaum Islamis' (apabila belum dirubah url dan judulnya).
Penasaran? Berikut isi komentarnya :
Manusia yang selalu menyalahkan setan atas setiap dosanya, sebenarnya belum memahami hakiki dirinya sendiri.
Manusia itu memiliki 4 musuh dalam hidupnya:
1. Hawa nafsu
2. Setan
3. Dunia
4. Manusia
Jadi, tidak ada yang mengatakan manusia itu bersih dari salah. Manusia malah tempatnya salah, karena di dalam dirinya ada nafsu yang mengajak kepada keburukan.
“Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (Al Quran, Surat : Yusuf, Ayat : 53)
Setan hanya membisikkan keburukan, bukan menjadi aktor yang membuat seseorang melakukan kesalahan.
Nabi Muhammad SAW diciptakan ALLAH SWT sebagai penyampai pesan saja, beliau tidak bertanggung jawab dalam konteks hidayah. Begitu juga setan, setan diciptakan untuk mengajak ke arah keburukan, hasil akhir kesesatan adalah tanggung jawab manusia itu sendiri.
Manusia yang belum bisa menguasai hawa nafsu, besar kesempatan untuk terjerumus ke arah bisikan setan. Karena setan akan membuat yang buruk menjadi indah di mata manusia. Tapi hanya manusia yang bisa menguasai hawa nafsunya, tak akan ada celah setan menguasainya.
Dunia dianggap musuh manusia karena dunia dan seisinya dianggap perhiasan. Manusia yang tidak bisa menguasai hawa nafsu akan menganggap dunia itu hijau dan mengagumkan. Makanya banyak manusia yang mati-matian terus mengejar dunia dan melalaikan akhiratnya. Namun bagi orang-orang mukmin, dunia adalah penjara.
Musuh terakhir adalah manusia. Manusia yang sudah dikuasai 3 hal tadi, sifatnya malah akan lebih jahat daripada setan, yang dapat membahayakan manusia lain karena mengajak manusia lain mengikuti perilaku jahatnya.
Islam tidak menjadikan setan satu-satunya makhluk yang bertanggung jawab atas perilaku dosa-dosa mereka.
Tapi, banyak manusia yang tidak tahu siapa yang harus disalahkan atas dosa mereka, yaitu hawa nafsu yang ada dalam diri mereka sendiri.
Setelah anda selesai membaca sebuah komentar nalar mbak Tia Andari yang masuk akal, sekarang saya mau bertanya kepada anda : Jadi, siapa yang harus disalahkan sekarang. Setan? Tuhan? Orang yang anda benci? Atau Diri anda sendiri yang selalu merasa benar?
Semoga akal dan perasaan anda sekalian masih terawat dengan baik, sehingga kedepannya anda menjadi salah satu makhluk ALLAH yang dapat menikmati tempat terindah yang telah ALLAH janjikan kepada kita setelah kita tiada, yaitu Surga. Amin.
Semoga bermanfaat. Sekian dari saya. Akhir kata, salam Ngeblog Asyikk \^o^/